Perubahan lingkungan? Tidak bisa kita pungkiri, dengan semakin meningkatnya populasi manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya kondisi lingkungan. Saat ini yang paling hangat dibicarakan akibat dari perubahan lingkungan adalah terjadinya pemanasan global, selain itu kita juga telah merubah penggunaan lahan ~yang juga perubahan lingkungan~ yang berakibat pada berkurangnya tutupan lahan. Semakin lama jumlah vegetasi semakin berkurang, khususnya di daerah perkotaan. Berdasarkan penelitian Diarniti (2007) jumlah vegetasi di denpasar pada tahun 1994 adalah 45.31% dan pada tahun 2003 itu 17.86%, klo gitu dah berkurang 27,45% dari tahun 1994 sampai 2003, ini Denpasar lho… gimana Jakarta ya… 😆 😆 😆
Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya jngan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah. Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun 1900 sampai tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi Ambon, Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan Pontianak (Slamet dan Berliana, 2006). Berdasarkan kajian LAPAN (2006) ~LAPAN lho ini 😀 ~ banjir yang terjadi di Jakarta Januari tahun 2002, Juni 2004 dan Februari 2007 bertepatan dengan fenomena La Nina dan MJO (Madden-Julian oscillation), kedua fenomena ini menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan diatas normal. Memang, berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut bukan hanya faktor iklim yang menyebabkan terjadinya banjir, tp juga di sebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase (sungai).
Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan ~penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, ladang dll sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang tumbuh di atas permukaan bumi 😀 ~ menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah. Menurut Castro (1959) tingkat aliran permukaan pada hutan adalah 2.5%, tanaman kopi 3%, rumput 18% sedangkan tanah kosong sekitar 60%. Sedangkan berdasarkan penelitian Onrizal (2005) di DAS Ciwulan, penebangan hutan menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan sebesar 624 mm/th. Itu baru perhitungan yg di lakukan pada daerah hutan yg ditebang dimana masih ada tanah yang bisa meresapkan air, trus seandainya klo tanah2 dah tertutup beton pasti lebih tinggi lagi dunk aliran permukaannya hehehehe…..
Kembali lagi kita ke hutan yang digunakan sebagai sampel apabila ga ada vegetasi dan pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan debit sungai. Onrizal (2005) juga mengungkapkan bahwa penebangan hutan menyebabkan berkurangnya air tanah rata-rata sebesar 53.2 mm/bln. Sedangkan kemampuan peresapan air pada DAS berhutan lebih besar 34.9 mm/bln di bandingkan dengan DAS tidak berhutan. Selain itu hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa apabila tanaman di bawah pohon hutan ~tanaman2 yg kecil2 tuh~ itu hilang akan menyebabkan peningkatan aliran permukaan yang mencapai 6.7 m3/ha/blan. Hasil penelitian Bruijnzeel (1982) dalam Onrizal (2005) yang di lakukan pada areal DAS Kali Mondoh pada tanaman hutan memperlihatkan bahwa debit sungai pada bulan mei, juli, agustus dan september lebih tinggi dari curah hujan yang terjadi pada saat bulan2 tersebut, ini membuktikan bahwa vegetasi sebagai pengatur tata air dimana pada saat hujan tanaman membatu proses infiltrasi sehinggaa air disimpan sebagai air bawah tanah dan dikeluarkan saat musim kemarau. Menurut Suroso dan Santoso (2006) dalam WWF-Indonesia (2007) perubahan penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap peningkatan debit sungai. Busyed dah… I luv U vegetasi… . hasil penelitian Fakhrudin (2003) dalam Yuwono (2005) menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung tahun 1990-1996 akan meningkatkan debit puncak dari 280 m3/det menjadi 383 m3/det, dan juga meningkatkan persentase hujan menjadi direct run-off dari 53 % menjadi 63 %. Dalam makalah yang sama Yuwono (2005) juga mengungkapkan pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan menaikkan puncak banjir berturut-turut 12,7%, 58,7% dan 90,4%.
Panjang dah rentetannya klo dah kayak gini. Td kita ngomongin aliran permukaan dan debit sungai, sekarng kita coba hubungkan dengan erosi dan sedimentasi. saat terjadi perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi tegalan, maka kemungkinan erosi akan semakin tinggi. menurut Yuwono (2005) pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan meningkatkan laju erosi sebesar 10%, 60% dan 90%. Akibat dari erosi ini tanah menjadi padat, proses infiltrasi terganggu, banyak lapisan atas tanah yang hilang dan terangkut ke tempat-tempat yang lebih rendah, tanah yang hilang dan terangkut inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk2, bendungan2 dan sungai2. setelah terjadi seperti itu, kapasitas daya tampung dari saluran irigasi tersebut menjadi lebih kecil yang akhirnya dapat menyebabkan banjir walaupun dalam kondisi curah hujan normal. Menurut Priatna (2001) kerusakan tanah akibat terjadinya erosi dapat menyebabkan bahaya banjir pada musim hujan, pendangkalan sungai atau waduk2 serta makin meluasnya lahan-lahan kritis.
Pranala di blog ini:
Faktor Penyebab Banjir (1)Apa sih Banjir…? Pemanasan Global (catatan mengenai sebabnya) Pemanasan Global (catatan mengenai akibatnya) Pemanasan Global (Catatan mengenai cara menggurangi dampaknya) Cuaca dan Iklim Klimatologi untuk Pertanian Perubahan Iklim di Bali Susahnya Memprediksi Hujan El Nino dan La Nina Klasifikasi Iklim Perlukan Informasi Peringatan Dini Kebencanaan??? Aplikasi GIS untuk Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson HUJAN La Nina kah Penyebab Banjir Dimusim Kemarau?
Bencana Cuaca Info El Nino dan La Nina terkini Identifikasi Hubungan Fluktuasi Nilai SOI Terhadap Curah Hujan Bulanan Di Kawasan Batukaru-Bedugul, Bali Perubahan Iklim; Tinjauan Pustaka PENYEBAB VARIABILITAS HUJAN DI INDONESIA Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim EROSI DAN PERUBAHAN IKLIM PERTUKARAN CO2 ANTARA ATMOSFER DAN LAUT: Pendahuluan EVALUASI ZONA AGROKLIMAT KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON DI PULAU LOMBOK
7 April 2008 pukul 6:05 pm
artikel anda sangat bagus, anda bisa promosikan artikel anda di infoGue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. artikel anda:
http://www.infogue.com/
http://www.infogue.com/lingkungan/faktor_penyebab_banjir_perubahan_lingkungan/
Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. salam!
8 April 2008 pukul 5:45 pm
Penyebab banjir ?
Nomor 1 ulah manusia,
nomor 2 ulah penguasa,
nomor 3 ulah kapitalis,
nomor 4 ulah rakyat yang belum paham perlunya menjaga kelestarian lingkungan,
berikutnya baru faktor alam itu sendiri.
8 April 2008 pukul 9:43 pm
@Robert Manurung
semuanya berinteraksi pak. karena tulisan ini saya batasin hanya pada “perubahan lingkungan”, ya hanya itu yg saya tonjolkan. kenapa terjadi perubahan lingkungan, semuanya kembali ke diri kita masing2. spt tulisan saya disini, masih ada faktor “perubahan masyarakat” yg nanti akan coba saya ulas lebih detail juga. oh iya, sptnya yg no 2 ampe no 4 itu masuk ke no 1 deh
8 April 2008 pukul 10:57 pm
Hahaha…makasih La An sudah mengingatkan aku bahwa no 1-4 sami mawon hehehe….
Salam.
21 April 2008 pukul 11:53 am
Stuju sama konsep Megapolitan nda??
25 April 2008 pukul 9:35 pm
@phiy
ga tau banyak tentang konsep megapolitan. tapi kalo memang batas ekologis yg digunakan utk batas wilayah suatu kota megapolitan itu bagus. misalnya utk pengelolaan DAS, ga bisa kita ngomongin administrasi, harus batas DAS (ekologis) dan itu milik beberapa kabupaten. dengan batas wilyah yang sama dengan batas ekologis, pengelolaan linkungan jadi lebih gampang
8 Mei 2008 pukul 1:48 am
Saya tertarik banget dengan artikel yang mas buat, kebetulan saya lagi skripsi tentang analisa spatial peta penyebaran daerah rawan banjir di propinsi dki jakarta..
Sebenarnya penyebab banjir di jakarta banyak sekali, baik faktor alam maupun manusia itu sendiri.. Dari alam sendiri, jakarta memiliki sistem drainese yang buruk, pemamfaatan DAS yang sembaranagan, sampai daerah resapan yang kurang.. Apalgi unutk daerah jakarta utara, dimana permukan tanahnya lebig rendah dari tinggi permukaan laut..
Ohya.. Saya mau nanya apakah pernah gak orang membuat model analisa kountur wilayah penyebaran banjir dengan 3D analis.. Mohon tanggapannya..
17 Mei 2008 pukul 10:13 am
saya tertarik banget dengan artikel ini tapi ada satu yang saya tidak senangi adalah artikelnya terlalu panjang sehingga pas di baca mudah lupa. klo menurut saya artikel itu jangan terlalu panjang lebar klo njelasinnya, ambil inti2nya saja jgn terlalu mempersulit diri. makasih!!!!!!
28 Mei 2008 pukul 11:51 pm
tambah lagi dunk artikelnya yang berlanjut ke gejala alam longsor dan hubungannya dengan banjir ya….
13 Juni 2008 pukul 3:07 pm
siiip bosss!!!
tarik truzz
14 Juni 2008 pukul 5:52 pm
@Dayat
terimakasih klo tulisan ini bisa sedikit membantu dan atas penjelasannya tambahannya. sebanarnya sudah banyak penelitian tentang banjir di jakarta. dengan 3D pun sudah banyak, tp coba aja penelitian seperti yg qm mau itu dengan pendekatan/metoda yg berbeda. saya rasa hasilnya akan lain. misal peta kontur yg lebih detai atau analisis kontur dengan metoda yg berbeda. nanti tinggal cari tau aja yg mana yg paling mendekati.
@vie2day
Insya Allah nanti saya akan tambahin. mudah2an saya bisa terus mendapatkan ilmu2 itu.
@cakor
ok deh…
lanjut bang…
19 Juni 2008 pukul 12:36 pm
article nya bgs2mas.mas aan aku mau minta tolong nih..bisa ga?aku butuh script writer u bikin drama pendek ttg global warming..crt nya berkisar knp pemanasan global,trus manusia hrs gmn gt lho…tp aku butuh cepet nih..tlg di reply ke email aku aja yah..thank`s…
ato ada yg bisa bantu ga ya?
1 Juli 2008 pukul 3:15 pm
mas La An, salam kenal… aq soiler Unpad angktn ’02
seneng dech ada senior ilmu tanah yg klhatan bangga bgt sama identitas soil nya….
baca artikel ttg banjir jd inget tugas dari Bos, dsuruh mmpaljari ttg dinamika air dalam tanah
recharge-discharge, runoff,infiltrasi, perkolasi, baseflow dll.
klo punya bahan bagus ttg “sifat tanah” yg bpengaruh thd hal” tsb tlong dbagi ya….
btw kebetulan nama Fakhrudin yg mas sebut d artikel atas,Kabid Q d LIPI…
thaks before *_*
10 Juli 2008 pukul 2:02 pm
Salam
Mas, saya bisa dptn tulisan Slamet dan Berliana, 2006 g?? aku perlu neh, buat penelitian aku. Kalo boleh dan tidak keberatan kirimin k email kau ya. Thx u b4
Wassalam
12 Juli 2008 pukul 6:16 pm
@crab
waduh maaf crab, saya ga bisa bikin. maaf ya…
@Metyuli@anti
coba deh masuk ke geotutor, yg linknya saya simpan di forum di atas. disana ahlinya bnyak bngat tentang air tanah.
27 Agustus 2008 pukul 6:36 pm
cb terangin cara menanggulangi banjir ?!
aq bc d .
12 September 2008 pukul 7:06 pm
@alex
caranya…. jangan bikin pemukiman di daerah rawan banjir…. perbaiki DASnya dengan memperbanyak daerah resapan. stop pembangunan di daerah yg mempunyai kawasan terbangunnya dah lebih dari 40% dari luas kota. banyak yg bisa di lakukan… tp susah bngat terealisasi…
8 Oktober 2008 pukul 11:57 am
assalamualaikum ………….
Salam kenal !!!!!
nama saya falah.kuliah di pakuan jurusan ilkom. mas la An bisa minta tolong ga? tolong kirimmin artikel tentang sistem informasi daerah rawan banjir dong ke email ku n_falah_089@yahoo.com soalnya aq lagi nyusun laporan pkl nie tentang gis…thanks yah
14 Januari 2009 pukul 1:09 pm
oh ya.apa bener ya klo permukaan tanah di jakarta menurun???
4 Februari 2009 pukul 1:23 pm
@falah
Waalaikumussalam
Salam kenal juga falah…
coba klik link ini
@dwi
coba baca link ini dan link ini
4 Februari 2009 pukul 4:28 pm
terima kasih infonya mas.
berarti yang saya baca di Bobo 6 tahun lalu itu rupanya beneran…
23 April 2009 pukul 12:11 pm
Menurut saya , artiikel ini bullshit,,
hehehe =))
23 April 2009 pukul 12:15 pm
lebih bullshit lagi pemerintah yg tdk bertindak dng adanya yang begini…
18 Juni 2009 pukul 8:02 am
Pak An,
‘Ketik’an-nya Pak Lan sangat membantu sekali bagi saya yang awam masalah lingkungan. Mengenai banjir Pak, apakah perbedaannya dengan genangan? (Literatur yg bisa dibaca apa ya Pak).
“Pertama itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang…”
Contoh perubahan geomorfologi (alami), perubahan geologi (alami) dan perubahan tata ruang (apakah ada yg alami Pak?) yang mengakibatkan banjir? (literatur yang bisa membantu saya kira-kira apa ya Pak?
Mohon maaf dan terima kasih atas bantuannya.
Heri
20 Juni 2009 pukul 7:11 pm
@dwi
sama2…
@Heri Istanto
berdasarkan literatur yang saya baca (Tesisnya seseorang, lupa saya penulis dan judulnya apa) faktor umum penyebab banjir itu ada 2 yaitu faktor alami yang saya contohkan adalah akibat adanya dataran banjir dan faktor perubahan (yang bisa terjadi secara alami maupun akibat campur tangan manusia). faktor perubahan ini di bagi dua lagi yaitu perubahan lingkungan dan perubahan masyarakat. perubahan geologi dan geomorfologi secara luas mungkin susah dideteksi dalam waktu singkat, tp menurut saya klo ngomongin skala mikro bisa dicontohkan akibat pengerukan dan penimbunan. saya belum punya literatur tentang beda banjir dan genangan, hanya berdasarkan persepsi saya klo banjir adalah meluapnya saluran (sungai, got dll), sedangkan genangan adalah air yang tertahan akibat tidak adanya saluran. yang dapat membedakan genangan, danau, dan rawa adalah volume airnya dan lama genangan airnya.
28 Agustus 2009 pukul 12:02 pm
banjir dapat di tanggulangi dengan kesadaran manusia itu sendiri….. sebagai manusia kita harus peduli terhadap alam di sekitarnya!!!!! INGAT!!!!!! dengan kesadaran kita, yang namanya banjir tidak akan ada!!!!!!! (gaya ir.soekarno)
25 September 2009 pukul 10:22 am
Assalamu’alaikum…
Gan, gimana cara buat peta rawan banjir di arcview. Tolong dikasih tutorial donk Gan..
Makasi, wassalamu’alaikum…
1 Maret 2010 pukul 6:50 pm
mkasih bnget tas infonya,,,
3 Maret 2010 pukul 5:09 pm
saya kecewa tetap dengan cetak biru Samarinda yg gak jelas.
mungkin kerajaaan Kutai nggak begitu pinter, atau nggak membangun Samarinda
16 April 2010 pukul 12:40 am
hey,kenapa kalian ngk lihat diri kalian sendiri yang bikin banjir ini itu siapa,bukannya kita,kita yang sembarangan buang sampah,kita tidak mau memanfaatkan barang yang masih bisa didaur ulang lagi ….
3 Agustus 2010 pukul 9:45 pm
yoi,,,, memeng bener penyebab na add pektor lingkungan,,, tetapi paling banyak oleh paktor klalaian manusia
19 Agustus 2010 pukul 8:50 pm
woii bangkit duntt jakarta…….
jgn buang sampah sembarangannn
19 Agustus 2010 pukul 8:51 pm
uhhh kecewaa bett uaaa…
ayoo dunttt mri qtaa smaaa” ,lakukann penanggulangannn
31 Agustus 2010 pukul 8:07 pm
iya nich aku sedih mslahnya ngliatin orang menderita…:(
2 Mei 2011 pukul 9:01 pm
makasih banyak infonya gan !
26 Maret 2012 pukul 10:58 pm
Reblogged this on Come Back to Earth.
24 Mei 2012 pukul 2:43 pm
kesadran manusia pntng bagi kehidupan
1 Juni 2012 pukul 4:55 pm
TAMBAH LAGI DONK
ARTIKELNYA
19 Oktober 2012 pukul 1:04 pm
artikel.y mantap,
trus mau tnya nih, ada ngg perbedaan antara daerah yang bercegatasi dan tidak yang terkait dengan banjir ini??
minta donk studi kasus.y???
9 November 2014 pukul 3:25 pm
[…] PDF File Name: Faktor penyebab banjir (2): perubahan lingkungan | a.r. as Source: mbojo.wordpress.com » DOWNLOAD « […]