Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya budidaya padi.
Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6 oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat. Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul (Lakitan, 2002). Menurut Hidayati (2001) karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian. Kadaan suhu yang demikian tersebut membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.
Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah:
a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safi’i, 1995).
b. Sistem Klasifikasi Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan (Anon, ?).
c. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n) (Anon, ? ; Safi’i, 1995).
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).
Table Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson
d. Sistem Klasifikasi Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980)
Tabel Klasifikasi iklim menurut Oldeman
Pranala di Blog ini:
Pemanasan Global (catatan mengenai sebabnya) Pemanasan Global (catatan mengenai akibatnya) Cuaca dan Iklim Klimatologi untuk Pertanian Perubahan Iklim di Bali Susahnya Memprediksi Hujan El Nino dan La Nina Perlukan Informasi Peringatan Dini Kebencanaan??? Aplikasi GIS untuk Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson HUJAN La Nina kah Penyebab Banjir Dimusim Kemarau?Bencana Cuaca Info El Nino dan La Nina terkini Identifikasi Hubungan Fluktuasi Nilai SOI Terhadap Curah Hujan Bulanan Di Kawasan Batukaru-Bedugul, Bali Perubahan Iklim; Tinjauan Pustaka PENYEBAB VARIABILITAS HUJAN DI INDONESIA Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim EROSI DAN PERUBAHAN IKLIM PERTUKARAN CO2 ANTARA ATMOSFER DAN LAUT: Pendahuluan EVALUASI ZONA AGROKLIMAT KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON DI PULAU LOMBOK Apa sih Banjir…? Faktor Penyebab Banjir (1)Faktor Penyebab Banjir (2): Perubahan Lingkungan
4 September 2007 pukul 6:13 pm
terkait klasifikasi ini, saya mau tanya bagaimana kalo ada kebutuhan untuk mengkonversi nilai antar ketiga sistem klasifikasi itu. gimana ya cara perhitungannya.
5 September 2007 pukul 1:41 am
ketiga sistem klasifikasi yg mana nieh?
5 September 2007 pukul 8:36 pm
yg iklim itu (SF,kopen,oldeman). bayangan saya mgk mirip2 rumus untuk menguba nilai antar satuan fahrenheit-celcius-reamur-kelvin. atau setidaknya ada semacam tabel perbandingan. soalnya saya lagi entri data tipe iklim untuk protected area di indonesia.
5 September 2007 pukul 8:44 pm
jadi sekalian minta bantu gitu 🙂
5 September 2007 pukul 9:46 pm
oooo… gitu
beda, ga bisa disatuin gitu deh kyaknya
aq blum ketemu logika utk bisa menggabungkan ketiga tipe iklim itu
soalnya cara perhitungannya dan sasaran dari ketiga tipe iklim itu beda.
klo Kopen tdak begitu paham tentang rumus2 awalnya seperti apa sehingga ketemu tipe2 yg dia bagi.
klo SF dan Oldeman itu dah beda jauh. SF itu sasaran tanaman hutan, sedangkan Oldeman tanaman hortikultura. menurut SF bulan kering itu <60 mm/bln, Oldeman <100 mm/bln. bulan basahnya juga beda. Oldeman make rata2 perbulan, SF itu curah hujan bulanan dalam beberapa tahun penelitian.
evaluasi peta yg kubikin utk kedua klasifikasi itu memberi aq keyakinan klo perbandingan itu ga bisa diketemukan
7 September 2007 pukul 11:15 am
wah kalo gitu emang saya harus berburu data lagi nih. saya emang lagi nyari data tentang sebaran tipe iklim dan terutama tipe ekosistem indonesia. seandainya saja ada data spasial tentang itu yg mudah diperoleh…:\
makasih saya jadi tau kalo SF untuk kehutanan.
skalian curhat juga, bds van steenis tipe ekosistem hutan di indonesia itu:
1.Mangrove/Hutan Payau
2.Hutan Rawa
3. Hutan Gambut
4. Vegetasi Rheofit
5. Vegetasi Pantai
6. Vegetasi Tanah Kwarsa
7. Vegetasi Tanah Kapur
8. Hutan Hujan Tropika
9. Hutan Hujan Pegunungan
10.Hutan Hujan Sub Alpin
11.Hutan Musim (Monsun) Dataran Rendah
12.Hutan Musim Pegunungan
sbenernya dah lengkap belum sih. apa masih ada lagi? oya milis statistik yg enak buat pemula kayak saya dimana ya?
maaf ya kalo kebanyakan nanya?
8 September 2007 pukul 11:42 am
pak nurman, coba anda ke puslittanak di bogor. mngkin disana dah sempat bikin peta iklim. saya pernah baca klo peta iklim klasifikasi Oldeman untuk seluruh Sumatra pernah dibikin. tp saya lupa yg bikin mana. sepertinya puslittanak.
nah untuk tipe ekosistem hutan ama milist statistik, trus terang saya ga tau. coba nanti saya cari2lagi tentang tipe ekosistem hutan ini. sepertinya hal ini suatu saat berguna buat saya. saya juga ngucapin terimakasih untuk infonya.
11 September 2007 pukul 3:31 pm
ok deh. sebenernya yg saya cari itu yg sf sebab bidang kehutanan. keperluannya,bersama peta ekosistem dan tema lainnya, untuk menyaring sebaran kawasan konservasi di indonesia. buat ngitung keterwakilan dan forecast lainnya.
thx ya
4 Maret 2008 pukul 4:23 pm
saya mo tanya, klo klasifikasi curah hujan yang tergolong ch rendah sedang tinggi tu berapa mm/th??
misal ch rendah 600 mm/th. kira kira saya bisa dapet klasifikasi seperti itu dimana yak??
many thanks
5 Maret 2008 pukul 1:10 pm
@nurman
sebenarnya peta iklim SF itu sederhana proses pembuatannya. mngkin hanya perlu data yang panjang aja. cara pembuatannya bisa di lihat di link saya saya tulis di atas
@Maharini
ada klasifikasi hujan dari wesmayer (mudah2an tulisan namanya benar 🙂 )
tp klasifikasi hujan tersebut tdak begitu bagus bila diterapkan di indonesia yg berdaerah tropis
coba buka2 buku tentang Konservasi Tanah dan Air. sepertinya di karangannya Sitanala Arsyad terbitan IPB
klo tidak ada nanti saya coba carikan
11 Maret 2008 pukul 12:06 pm
Apabila ada pertanyaan seputar iklim Schmidt-Fergusson seperti ini :
Data curah hujan di Kabupaten X tahun 2003 sebagai berikut dari Jan – Des: 270 – 265 – 260 – 205 – 250 – 105 – 65 – 55 – 30 – 25 – 110 – 120. Dari data tersebut Kabupaten X memiliki tipe iklim …. (berdasarkan klasifikasi Schmidt – Ferguson)
Jawabannya : Q = 3/8 x 100 % = 38 % atau
Q = 3/9 x 100% = 33,3 %
12 Maret 2008 pukul 12:46 pm
yang benar adalah 38% atau 0.38 sehingga tipe iklimnya adalah C atau agak basah. tp inikan hitungan untuk data hujan 1 tahun. ada baiknya data hujan yg digunakan minimal adalah 10 tahun
27 April 2008 pukul 6:56 pm
apa ja kelebihan n kekurangan klasifiks iklim scr empirik dan genetik?trimakasih
1 Mei 2008 pukul 11:02 pm
apa aja sih hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakann klasifikasi iklim????
tolong dijelasin y…….
1 Mei 2008 pukul 11:07 pm
proses terjadinya presipitasi paa j????
tolong dijelasin y !!!!!!!!!
7 Mei 2008 pukul 1:02 pm
referensi untuk melakukan analisa iklim buat lahan pertanian dengan menggunakan teknik interpolasi spasial
7 Mei 2008 pukul 7:46 pm
@manis
blum banyak literatur yang saya baca, jadi blum begitu paham. ada yang bisa bantu?
@lukman
1. yang wajib diperhatikan dr pemanfaatn suatu klasifikasi iklim adalah dasar pengekelasan, knapa menggunakan hujan atau suhu dan kenapa curah hujan sekian yg digunakan. hal2 terseut akan menentukkan jenis pemanfaar dr klasifikasi iklim tersebut. misal schimidt-ferguson untuk tanaman kehutanan. Oldeman utnutk tanaman padi dan hortikultura
2. coba baca tulisn saya yang berjudul hujan
@amilia
mkasudnya metode interpolasi apa yg digunakan utk interpolasi fenomena iklim? biasan co-criging atau Natural Neighbor
16 Juni 2008 pukul 12:30 pm
saya mahasiswa semester akhir di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Jurusan Teknik Pertambangan yang sekarang lagi kontrak Tugas Akhir. Materinya baik dan mudah dipahami. Thanks juga untuk referensinya, karna sangat membantu dalam penyusunan TA ini. G B U for You
18 Juni 2008 pukul 8:54 pm
Assalamau’alaikum…
Salam kenal Bang La An…
Blognya keren banget, bisa nambah2 ilmu ttg iklim dan GIS
Ane mau tanya, Bang…
1. Bagaimanakah sistem klasifikasi oldeman yg benar? Apakah menggunakan data rata-rata bulan basah(BB) berurutan dan BK berurutan? atau hanya BB nya saja yg berurutan, BK nya tidak perlu berurutan.
2. Misal ada data sbb (berurutan dari Jan-Des) 236; 225; 276; 239; 70; 230; 204; 203; 50; 60; 213; 238=
Bertipe iklim (oldeman) apakah data di atas?
Sebenarnya, bagaimanakah kriteria BB berurutan dan BK berurutan? Apakah dari data di atas jumlah BB berurutannya 9 ataukah 6 bulan. Lalu berapakah jumlah BK berurutannya
3. Misalkan ada data sbb: 329; 318; 330; 382; 181; 283; 249; 175; 121; 133; 155; 320=
Berpakah BB berurutan dari data tsb, apakah 5 atau 7?
bertipe iklim (oldeman) apakah data tsb.
4. Misalkan ada data sbb: 110; 121; 120; 126; 108; 80; 105; 84; 140; 98; 86; 117=
Bertipe iklim apakah data diatas.
Terima kasih banyak Bang La An…
Semoga Blognya tambah kerenn….
Wassalamu’alaikum…
Slanker Papua
18 Juni 2008 pukul 8:56 pm
Oiya, kalo gak salah BB itu 200mm dan BK itu dibawah 100mm/bln ya? Ane bingung ttg kriteria berurutannya Bang.
Thanx…
21 Juni 2008 pukul 2:39 pm
@Qoqo
sama2. Alhamdulillah klo tulisan kecil ini berguna
@slanker Papua
Waalaikumussalam
1. dr apa yg saya baca, dr bukunya aslinya Oldeman et al (1981) klo BB dan BK-nya itu berututan
2. menurut saya data2 itu akan bertipe iklim C2 utk klasifikasi Oldeman. dengan BB 6 dan BK 2
3. 5 BB
4. E2
ga usah bingung. berurutan itu mksud data bulanannya berurutan, ga boleh di halangi oleh rata2 nilai di luar data yg ditetapkan. BB itu di atas 200 sedangkan BK itu di bawah 100
16 Juli 2008 pukul 1:55 pm
bisa berbagi ilmu cara menghitung interpolasi spasial menggunakan metode kriging dan metode poligon thiessien untuk analisa curah hujan
28 Juli 2008 pukul 4:08 pm
Salam kenal, senang banget baca artikel di blog Bang La An, berguna banget bagi penelitan saya. Mo nanya nih..! Gimana cara menghitung interpolasi spasial dengan menggunakan metode Kriging untuk analisa curah hujan ! Ditunggu Ya Bang Jawabannya ! Jazz. Wass.Wr.Wb.
7 Agustus 2008 pukul 3:30 pm
@dewi h dan kamilia
coba baca ilink dibawah untuk dasar teori metode kriging dan metode polygon thiesien
– Metode Kriging
– Metode Polygon Thiessen
17 Oktober 2008 pukul 9:28 am
ass..
sy mhsswa GIS & PJ UGM 08… mw bahas pertanyaan dari slanker papua tgl 18 jun 08
sebelumnya mkasih bnget krn blog abang keren bget n bhas ttng iklim yang msuk kuliah sy metklim. yang bisa nambah ilmu buat sy..
itu bang, sy mau bandingin aja jwaban abang dengan apa yang saya pelajari dari dosen sy di UGM.
klo mnurt ap yng sy dpet seperti ini bang..
1. klasifikasi iklim menurut oldeman menggunakan jumlah berurutan BB curah hujan >200mm minimal 2 bulan dan jumlah berurutan BK <100mm minimal 2 bulan jg. meski dihalangi oleh rata2 nilai di luar data yang yang telah ditetapkan, tetapi bulan tersebut masih berurutan di bulan berikutnya maka penghitungan bulan tersebut dilanjutkan. bila tidak ada bulan yang berurutan lagi maka tidak dihitung.
ada data curah hujan Stasiun hujan Yogyakarta tahun 1981 jan-des: 252,439,391,118,132,52,93,4,59,91,551,203
maka untuk BB=5, BK=5 tipe iklim C3
bukan BB=3, BK=5 tipe iklim D3
Hasilnya akan beda jauh bang.. khan yang dihitung yang berurutan dalam 1 tahun, dan bukan di awal bulan saja bang..
2. jadi untuk jawaban pertanyaan slanker papua no.2 yaitu BB=9, BK=2 tipe iklim B2
3. untuk no.3 BB=6, BK=0 tipe iklim C1 karena bulan yang berurutan jan-april dan juni-juli juga berurutan bang..
4. untuk no.4 BB=0, BK=2 tipe iklim E2
itu menurut yang saya pelajari dari kuliah saya bang…
saya masih kerepotan, karena saya juga masih belum baca buku oldeman..
makasih atas replynya en perhatiannya…
maaph bila ada kata-kata yang salah.. saya hanya manusia biasa..
he he he… save our earth.. 🙂
22 November 2008 pukul 7:03 pm
@phi_climb
secara khusus ga disebutkan oleh oldeman bulan basah berturut2 itu brp. tp memang scr eksplisif dijelaskan dalam kelas iklim E bahwa bulan basah itu berturut2 adalah lebih besar atau sama dengan dua bulan. tp kadang dia tidak terlalu memandang itu juga. bisa saja 2 bulan yg bernilai 190 mm itu dianggap bulan basah oleh oldeman. nanti kelasnyapun ada 2 dengan ditulis dalam kurung. kejadian spt ini sering terlihat pada daerah yg berpola hujan equatorial. spt kalimantan dan sumatera serta sebagian papua. saya juga baru tahu hal ini. thanks atas masukannya…
23 Maret 2009 pukul 3:04 pm
mas, mo nanya klo klaten masuk ke jenis iklim yang mana ya? trus aku sering bingung tentang curah hujan kok ada yang cuma sampai 200 udah disebut daerah bercurah ujan tinggi tapi ada yang curah hujan 1000 dibilangnya curah ujan rendah? apa curah ujan itu beda beda satuannya? ato gimana? minta penjelasan via imel saya aja ya.. makasih banyak….
27 Mei 2009 pukul 1:22 pm
MAU NANYA NIH RUMUS Q SF APA YA? THANK U
27 Mei 2009 pukul 1:29 pm
@pandji
klo klaten saya tidak tau. utk yg curah hujannya 200 dibilang tinggi, mungkin satuannya mm/bulan, sedangkan yang 1000 dibilang rendah karena satuannya mm/tahun
@YUNI
Q = Xd/Xw
Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan (Fd atau Fw) dengan banyaknya tahun pengamatan (n)
a. Rata-rata Bulan Kering (Xd) = Fd/n
b. Rata-rata Bulan Basah (Xw) = Fw/n
Fd = jumlah atau frekwensi bulan kering selama tahun pengamatan
Fw = jumlah atau frekwensi bulan basah selama tahun pengamatan
a. Bulan Kering : jika dalam satu bulan mempunyai curah hujan lebih kecil dari 60 mm
b. Bulan Basah : jika dalam satu bulan mempunyai curah hujan lebih besar dari 100 mm
21 Juni 2009 pukul 7:42 pm
mas mau tanya kriteria curah hujan itu apa saja?
tinggi/rendah/sedang berdasarkan jumlah curah hujan
Trims
31 Juli 2009 pukul 4:54 pm
Klasifikasi jumlah curah hujan menurut Wischmeier dan Smith (1978)
Jumlah Curah Hujan (mm/th) Kriteria
Kurang dari 50 Rendah
50 – 500 Sedang
500 – 1000 Tinggi
lebih dari 1000 Sangat tinggi
tp kriteria ini menurut saya ga cocok untuk indonesia
tp ini yg sering di gunakan di Indonesia
14 November 2009 pukul 12:43 am
ggggggggggooooooooooooooooddddddddddddddd…______.^_^
31 Maret 2010 pukul 8:07 pm
Ass Wr Wb. watashi wa zhila tahta arzyka desu. dr pekanbaru, riau. cma mw komentar aja klu iklim schmidt ferguson na pakai contoh donkkkkk……….
3 April 2010 pukul 9:40 pm
mengapa di indonesia di kenal dengan iklim tropis????apakah bisa di Idonesia ditetapkan iklim yang sama dengan daerah lain???????
17 April 2010 pukul 1:18 pm
@tung
thanks…
@Zhila Tahta Arzyka
waalaikumussalam Wr. Wb. coba cek publikasi saya disini untuk contoh perhitungannya
@rama
krn indonesia beada di daerah tropis. daerah tropis itu punya pola iklim yang berbeda dengan tempat lain di sub tropis atau kutub. misalnya musimnya berbeda, pola hujan berbeda, suhu dll. oleh krn punya pola iklim yg berbeda tersebut, makanya disebut khusus dengan tipe iklim tropis. tipe iklim ini akan sama dengan daerah2 lain yg dilewati oleh garis katulistiwa
1 Mei 2010 pukul 3:34 am
maksih yach buat infonya … tugas geografi aku jd Mudah .. heeee !!
1 Mei 2010 pukul 3:50 pm
Bagaimana kLasifikasi ikLim yg di sah kan oleh BMG………..????????????????????
3 Juni 2010 pukul 7:43 pm
Tipe iklim yang lain ada nggak? Aku disuruh nyari 9 jenis ama guruku…..tapi nggak ketemu…thx b4….
30 Juli 2010 pukul 8:19 pm
@debby
sama2…
@yaya Luph ridho
BMKG mengklasifikasi iklim berdasarkan polanya. coba dilihat di webnya BMKG untuk melihat peta iklimnya BMKG
@Dette d’shitta
wah sekarang belum ada nieh… 😀
27 September 2010 pukul 9:34 am
ooo………….kaya gtw kaa,,,,,,,,,,,,, bisa ga loh bwat tulisanya aga klengkap……………..
13 Oktober 2010 pukul 10:30 pm
mau tanya tugas dong..
jadi gini ada anggapan bahwa daerah tropis daerah yang potensial untuk pertanian, tetapi produksi daerah sedang akibat kegagalan teknologi padahal bukan, kemungkinan oleh suhu yang hangat pada malam hari? atau radiasi matahari lebih rendah daripada daerah sedang??
14 Oktober 2010 pukul 11:37 pm
@MAYKE
yup… daerah tropis adalah daerah yang potensial untuk pertanian. kenapa produksinya tidak begitu baik? bukan saja karena kegagalan teknologi tp juga pengelolaan pertanian yang tidak atau belum profesional. keberhasilan produksi pertanian bisa dilihat dari kualitas dan kuantitas. secara kuantitas daerah tropis sangat baik, krn menerima cahaya matahari sepanjang tahun dan hujan sepanjang tahun. tp memang secara kualitas tidak begitu baik krn daerah lintang sedang menerima radiasi matahari yang cukup panjang saat musim panas, tp mereka juga menerima radiasi cahaya matahari yang sangat sedikit saat musim dingin yang mengakibatkan produksinya mereka terbatas hanya pada musim panas. ada kelebihan dan ada kekurangan… skrg bagaiman caranya kita memaksimalkan kelebihan kita itu…
4 November 2010 pukul 3:00 pm
mas, saya mau nanya nih.. saya kebetulan memiliki data dari weather station selama 3 tahun dengan interval pengambilan data per 15 menit. Jika saya ingin membuat petanya apakah data selama 3 tahun tu kita masukkan semua atau hanya rata-rata nya saja? jika hanya rata-ratanya apakah sebaiknya rataan per tahun atau per bulan?
Terima kasih banyak.
5 November 2010 pukul 4:10 pm
@tom
tergantung batasan masalah dan tujuan penelitian. klo tujuan untuk mencari kondisi harian, maka rata2 harian yang pakai. klo mau mencari kondis bulanan, maka rata2 bulanan. klo mau mencari total hujan, maka sebaiknya petanya adalah rata2 bulanan dan di jumlhakan untuk mencari rata2 curah hujan tahunan
18 November 2010 pukul 7:45 pm
kalo d Jogja,trutama di daerah Sleman itu trmasuk k kelas klasifikasi yg mn mnurut Koppen oldman, Mohr dan Schmidt-Ferguson?????
1 Maret 2011 pukul 5:07 pm
aq rasa ini tidak terlalu sulit kok mempelajarinya
20 Maret 2011 pukul 7:48 pm
mas aan,, mau nanya,, pnya data iklim stasiun d Bali ngk? mksie byak yah mas….
4 April 2011 pukul 7:05 pm
aslm. saya mahasiswa teknologi pertanian dan sangat tertarik dengan isi blog ini . kalau boleh nanya. langkah – langkah kerja interpolasi kriging menggunakan arcgis bang.
sekian wassalm
29 April 2011 pukul 11:56 pm
Ass. Wrwb
Bagus banget mas tulisan2nya, bisa nambah referensi aku. Oh iya, apakah mas punya peta dalam bentuk shp untuk tutupan lahan dan landsystem pulau kalimantan? mohon masukan dan sarannya mas…. terima kasih
6 Mei 2011 pukul 6:27 pm
Terima kasih mas, moga2 bs mbantu saya ngerjain Ulangan Geografi hari senin nanti
24 November 2011 pukul 10:45 am
mau tanya tentang ramalan iklim 2012 kira2 mendekati mirip dengan tahun berapa, dan bagaimana perhitungannya…
mohon bantuannya
9 Desember 2011 pukul 11:44 am
saya mau tanya pertanyaan nya
banten, mempunyai data curah hujan selama 20 tahun yang terdiri dari bulan kering 62 bulan dan bulan basah sebanyak 148. dari data di atas tentukan iklim banten?????
9 Desember 2011 pukul 11:48 am
apa keunggulan sistem klasifikasi iklim schmidt ferguson bila dibandingkan klasifikasi lainnya??????????
10 Desember 2011 pukul 12:21 am
@icha
iklim klasifikasi siapa nieh? kli schmidt-ferguson (SF) makan tipe iklimnya adalah C (agak basah) karena nilai Qnya 0.42. apa keunggulann tipe iklim SF? tipe iklim ini biasanya digunakan oleh orang kehutanan, karena pendekatannya waktu membuat kelas iklim ini menggunakan pendekatan hidup tanaman tahunan. semoga dapat membantu…
10 Desember 2011 pukul 3:43 pm
sblumnya trima kasih prof…
o ya, bisa dapet tipe iklim agak basah itu nilai q nya 0,42 itu dari mana?
ehm,,, prof tolong kalo bisa aku minta jalan penyelesaiannya juga…jd aku tau dari mana dapetnya jawaban itu
10 Desember 2011 pukul 3:50 pm
prof nich mau tanya lagi
sistem schmidt ferguson
1. palembang, mempunyai data curah hujan selama 20 tahun yang terdiri dari bulan basah 220 bulan dan bulan lembab 16 bulan. tentukan iklim palembang?
2. NTT diketahui rata-rata bulan kering nya selama 19 tahun adalah 6,6 dan rata rata bulan basahnya selama 19 tahun sebesar 3,5. dari data diatas tentukan nilai rasio iklim( Q) serta tipe iklim wilayah NTT?
12 Desember 2011 pukul 9:41 pm
kurang lengkap bias d lengkapin lg ga
low bisa terimakasih banget ea
12 Desember 2011 pukul 9:43 pm
mau tanya neh
cara menghitung rasio iklim gmana ea?????????????????
14 Desember 2011 pukul 1:32 pm
prof,, koq blum diblas pertanyaan dr saya
15 Desember 2011 pukul 10:06 pm
@icha
rumusnya lihat di komentar di atas
62/20 = 3.1
128/20 = 7.4
jadi 3.1/7.4 = 0.42
lihat tabel di atas utk nilai 0.42 ada di rentang tipe ilim C (agak basah)
@natha
rasio iklim mungkin spt jwaban diatas
4 Januari 2012 pukul 2:12 pm
ijin kopas gan.. untuk referensi tugas kuliah. makasih.. 🙂
5 April 2012 pukul 4:21 pm
kalau membuat grafik iklim ferguson g’mna? kalau diket data”nya banyak, misal daerah karangsari, dungjajang dll. apaka hrs membuat grafik satu” atau hanya satu?
25 Juli 2012 pukul 12:17 pm
mas aan, assalamualaikum wr. wb.
sekedar mau tanya ini, lebih cocok mana kita mengklasifikasikan tipe iklim untuk tanaman kelapa sawit, apakah Oldeman atau Schmidt-Ferguson
26 Mei 2014 pukul 11:37 am
om mau nanya nih soal iklim, maaf klo sekiranya keluar dri topik.
1. ada pengaruh dari ketinggian suatu tempat dengan iklim di tempat tersebut?
2. klo memang berpengaruh iklim seperti apa yang akan terbentuk?
maaf om klo gk nyambung hehehehhe, saya jurusan peternakan lgi ada tugas ttg topografi wilayah yg didalamnya ada masalah ketinggian tempat sama iklim.. terimakasih.
9 April 2015 pukul 12:31 am
peta.a kya gmana ?….
9 Mei 2016 pukul 11:58 pm
mau nanya nih sama siapa aja yang bisa menentukan tipe iklim di kabupaten sleman (yogyakarta) berdasarkan schmidt & ferguson selama 10tahun (2006-2015) . terimakasih