Klasifikasi Iklim

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).

Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.

Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara jarang menjadi faktor pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya budidaya padi.

Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6 oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat. Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul (Lakitan, 2002). Menurut Hidayati (2001) karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian. Kadaan suhu yang demikian tersebut membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.

Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.

Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah:

a. Sistem Klasifikasi Koppen

Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safi’i, 1995).

b. Sistem Klasifikasi Mohr

Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan (Anon, ?).

c. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson

Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n) (Anon, ? ; Safi’i, 1995).

Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).

Table Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson

Tabel SF

d. Sistem Klasifikasi Oldeman

Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.

Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.

Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).

Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.

Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980)

Tabel Klasifikasi iklim menurut Oldeman

Tabel Oldeman

Pranala di Blog ini:

Pemanasan Global (catatan mengenai sebabnya)
Pemanasan Global (catatan mengenai akibatnya)
Cuaca dan Iklim
Klimatologi untuk Pertanian
Perubahan Iklim di Bali
Susahnya Memprediksi Hujan
El Nino dan La Nina
Perlukan Informasi Peringatan Dini Kebencanaan???
Aplikasi GIS untuk Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson
HUJAN
La Nina kah Penyebab Banjir Dimusim Kemarau?
Bencana Cuaca
Info El Nino dan La Nina terkini
Identifikasi Hubungan Fluktuasi Nilai SOI Terhadap Curah Hujan Bulanan Di Kawasan Batukaru-Bedugul, Bali
Perubahan Iklim; Tinjauan Pustaka
PENYEBAB VARIABILITAS HUJAN DI INDONESIA
Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
EROSI DAN PERUBAHAN IKLIM
PERTUKARAN CO2 ANTARA ATMOSFER DAN LAUT: Pendahuluan
EVALUASI ZONA AGROKLIMAT KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON DI PULAU LOMBOK
Apa sih Banjir…?
Faktor Penyebab Banjir (1)Faktor Penyebab Banjir (2): Perubahan Lingkungan

Ditulis dalam Klimatologi. 66 Comments »

66 Tanggapan to “Klasifikasi Iklim”

  1. nurman Says:

    terkait klasifikasi ini, saya mau tanya bagaimana kalo ada kebutuhan untuk mengkonversi nilai antar ketiga sistem klasifikasi itu. gimana ya cara perhitungannya.

  2. La An Says:

    ketiga sistem klasifikasi yg mana nieh?

  3. nurman Says:

    yg iklim itu (SF,kopen,oldeman). bayangan saya mgk mirip2 rumus untuk menguba nilai antar satuan fahrenheit-celcius-reamur-kelvin. atau setidaknya ada semacam tabel perbandingan. soalnya saya lagi entri data tipe iklim untuk protected area di indonesia.

  4. nurman Says:

    jadi sekalian minta bantu gitu 🙂

  5. La An Says:

    oooo… gitu
    beda, ga bisa disatuin gitu deh kyaknya
    aq blum ketemu logika utk bisa menggabungkan ketiga tipe iklim itu
    soalnya cara perhitungannya dan sasaran dari ketiga tipe iklim itu beda.
    klo Kopen tdak begitu paham tentang rumus2 awalnya seperti apa sehingga ketemu tipe2 yg dia bagi.
    klo SF dan Oldeman itu dah beda jauh. SF itu sasaran tanaman hutan, sedangkan Oldeman tanaman hortikultura. menurut SF bulan kering itu <60 mm/bln, Oldeman <100 mm/bln. bulan basahnya juga beda. Oldeman make rata2 perbulan, SF itu curah hujan bulanan dalam beberapa tahun penelitian.
    evaluasi peta yg kubikin utk kedua klasifikasi itu memberi aq keyakinan klo perbandingan itu ga bisa diketemukan

  6. nurman Says:

    wah kalo gitu emang saya harus berburu data lagi nih. saya emang lagi nyari data tentang sebaran tipe iklim dan terutama tipe ekosistem indonesia. seandainya saja ada data spasial tentang itu yg mudah diperoleh…:\

    makasih saya jadi tau kalo SF untuk kehutanan.

    skalian curhat juga, bds van steenis tipe ekosistem hutan di indonesia itu:
    1.Mangrove/Hutan Payau
    2.Hutan Rawa
    3. Hutan Gambut
    4. Vegetasi Rheofit
    5. Vegetasi Pantai
    6. Vegetasi Tanah Kwarsa
    7. Vegetasi Tanah Kapur
    8. Hutan Hujan Tropika
    9. Hutan Hujan Pegunungan
    10.Hutan Hujan Sub Alpin
    11.Hutan Musim (Monsun) Dataran Rendah
    12.Hutan Musim Pegunungan

    sbenernya dah lengkap belum sih. apa masih ada lagi? oya milis statistik yg enak buat pemula kayak saya dimana ya?

    maaf ya kalo kebanyakan nanya?

  7. La An Says:

    pak nurman, coba anda ke puslittanak di bogor. mngkin disana dah sempat bikin peta iklim. saya pernah baca klo peta iklim klasifikasi Oldeman untuk seluruh Sumatra pernah dibikin. tp saya lupa yg bikin mana. sepertinya puslittanak.

    nah untuk tipe ekosistem hutan ama milist statistik, trus terang saya ga tau. coba nanti saya cari2lagi tentang tipe ekosistem hutan ini. sepertinya hal ini suatu saat berguna buat saya. saya juga ngucapin terimakasih untuk infonya.

  8. nurman Says:

    ok deh. sebenernya yg saya cari itu yg sf sebab bidang kehutanan. keperluannya,bersama peta ekosistem dan tema lainnya, untuk menyaring sebaran kawasan konservasi di indonesia. buat ngitung keterwakilan dan forecast lainnya.
    thx ya

  9. maharini Says:

    saya mo tanya, klo klasifikasi curah hujan yang tergolong ch rendah sedang tinggi tu berapa mm/th??
    misal ch rendah 600 mm/th. kira kira saya bisa dapet klasifikasi seperti itu dimana yak??
    many thanks

  10. La An Says:

    @nurman
    sebenarnya peta iklim SF itu sederhana proses pembuatannya. mngkin hanya perlu data yang panjang aja. cara pembuatannya bisa di lihat di link saya saya tulis di atas

    @Maharini
    ada klasifikasi hujan dari wesmayer (mudah2an tulisan namanya benar 🙂 )
    tp klasifikasi hujan tersebut tdak begitu bagus bila diterapkan di indonesia yg berdaerah tropis
    coba buka2 buku tentang Konservasi Tanah dan Air. sepertinya di karangannya Sitanala Arsyad terbitan IPB
    klo tidak ada nanti saya coba carikan

  11. verry Says:

    Apabila ada pertanyaan seputar iklim Schmidt-Fergusson seperti ini :
    Data curah hujan di Kabupaten X tahun 2003 sebagai berikut dari Jan – Des: 270 – 265 – 260 – 205 – 250 – 105 – 65 – 55 – 30 – 25 – 110 – 120. Dari data tersebut Kabupaten X memiliki tipe iklim …. (berdasarkan klasifikasi Schmidt – Ferguson)
    Jawabannya : Q = 3/8 x 100 % = 38 % atau
    Q = 3/9 x 100% = 33,3 %

  12. La An Says:

    yang benar adalah 38% atau 0.38 sehingga tipe iklimnya adalah C atau agak basah. tp inikan hitungan untuk data hujan 1 tahun. ada baiknya data hujan yg digunakan minimal adalah 10 tahun

  13. manis Says:

    apa ja kelebihan n kekurangan klasifiks iklim scr empirik dan genetik?trimakasih

  14. lukman Says:

    apa aja sih hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakann klasifikasi iklim????
    tolong dijelasin y…….

  15. lukman Says:

    proses terjadinya presipitasi paa j????
    tolong dijelasin y !!!!!!!!!

  16. amilia Says:

    referensi untuk melakukan analisa iklim buat lahan pertanian dengan menggunakan teknik interpolasi spasial

  17. La An Says:

    @manis
    blum banyak literatur yang saya baca, jadi blum begitu paham. ada yang bisa bantu?

    @lukman
    1. yang wajib diperhatikan dr pemanfaatn suatu klasifikasi iklim adalah dasar pengekelasan, knapa menggunakan hujan atau suhu dan kenapa curah hujan sekian yg digunakan. hal2 terseut akan menentukkan jenis pemanfaar dr klasifikasi iklim tersebut. misal schimidt-ferguson untuk tanaman kehutanan. Oldeman utnutk tanaman padi dan hortikultura
    2. coba baca tulisn saya yang berjudul hujan

    @amilia
    mkasudnya metode interpolasi apa yg digunakan utk interpolasi fenomena iklim? biasan co-criging atau Natural Neighbor

  18. Qoqo Says:

    saya mahasiswa semester akhir di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Jurusan Teknik Pertambangan yang sekarang lagi kontrak Tugas Akhir. Materinya baik dan mudah dipahami. Thanks juga untuk referensinya, karna sangat membantu dalam penyusunan TA ini. G B U for You

  19. slanker Papua Says:

    Assalamau’alaikum…

    Salam kenal Bang La An…
    Blognya keren banget, bisa nambah2 ilmu ttg iklim dan GIS

    Ane mau tanya, Bang…
    1. Bagaimanakah sistem klasifikasi oldeman yg benar? Apakah menggunakan data rata-rata bulan basah(BB) berurutan dan BK berurutan? atau hanya BB nya saja yg berurutan, BK nya tidak perlu berurutan.

    2. Misal ada data sbb (berurutan dari Jan-Des) 236; 225; 276; 239; 70; 230; 204; 203; 50; 60; 213; 238=
    Bertipe iklim (oldeman) apakah data di atas?
    Sebenarnya, bagaimanakah kriteria BB berurutan dan BK berurutan? Apakah dari data di atas jumlah BB berurutannya 9 ataukah 6 bulan. Lalu berapakah jumlah BK berurutannya

    3. Misalkan ada data sbb: 329; 318; 330; 382; 181; 283; 249; 175; 121; 133; 155; 320=
    Berpakah BB berurutan dari data tsb, apakah 5 atau 7?
    bertipe iklim (oldeman) apakah data tsb.

    4. Misalkan ada data sbb: 110; 121; 120; 126; 108; 80; 105; 84; 140; 98; 86; 117=
    Bertipe iklim apakah data diatas.

    Terima kasih banyak Bang La An…
    Semoga Blognya tambah kerenn….

    Wassalamu’alaikum…
    Slanker Papua

  20. slanker Papua Says:

    Oiya, kalo gak salah BB itu 200mm dan BK itu dibawah 100mm/bln ya? Ane bingung ttg kriteria berurutannya Bang.
    Thanx…

  21. La An Says:

    @Qoqo
    sama2. Alhamdulillah klo tulisan kecil ini berguna

    @slanker Papua
    Waalaikumussalam
    1. dr apa yg saya baca, dr bukunya aslinya Oldeman et al (1981) klo BB dan BK-nya itu berututan
    2. menurut saya data2 itu akan bertipe iklim C2 utk klasifikasi Oldeman. dengan BB 6 dan BK 2
    3. 5 BB
    4. E2
    ga usah bingung. berurutan itu mksud data bulanannya berurutan, ga boleh di halangi oleh rata2 nilai di luar data yg ditetapkan. BB itu di atas 200 sedangkan BK itu di bawah 100

  22. dewi h Says:

    bisa berbagi ilmu cara menghitung interpolasi spasial menggunakan metode kriging dan metode poligon thiessien untuk analisa curah hujan

  23. kamilia Says:

    Salam kenal, senang banget baca artikel di blog Bang La An, berguna banget bagi penelitan saya. Mo nanya nih..! Gimana cara menghitung interpolasi spasial dengan menggunakan metode Kriging untuk analisa curah hujan ! Ditunggu Ya Bang Jawabannya ! Jazz. Wass.Wr.Wb.

  24. La An Says:

    @dewi h dan kamilia
    coba baca ilink dibawah untuk dasar teori metode kriging dan metode polygon thiesien
    Metode Kriging
    Metode Polygon Thiessen

  25. phi_climb Says:

    ass..
    sy mhsswa GIS & PJ UGM 08… mw bahas pertanyaan dari slanker papua tgl 18 jun 08
    sebelumnya mkasih bnget krn blog abang keren bget n bhas ttng iklim yang msuk kuliah sy metklim. yang bisa nambah ilmu buat sy..

    itu bang, sy mau bandingin aja jwaban abang dengan apa yang saya pelajari dari dosen sy di UGM.
    klo mnurt ap yng sy dpet seperti ini bang..

    1. klasifikasi iklim menurut oldeman menggunakan jumlah berurutan BB curah hujan >200mm minimal 2 bulan dan jumlah berurutan BK <100mm minimal 2 bulan jg. meski dihalangi oleh rata2 nilai di luar data yang yang telah ditetapkan, tetapi bulan tersebut masih berurutan di bulan berikutnya maka penghitungan bulan tersebut dilanjutkan. bila tidak ada bulan yang berurutan lagi maka tidak dihitung.
    ada data curah hujan Stasiun hujan Yogyakarta tahun 1981 jan-des: 252,439,391,118,132,52,93,4,59,91,551,203
    maka untuk BB=5, BK=5 tipe iklim C3
    bukan BB=3, BK=5 tipe iklim D3
    Hasilnya akan beda jauh bang.. khan yang dihitung yang berurutan dalam 1 tahun, dan bukan di awal bulan saja bang..

    2. jadi untuk jawaban pertanyaan slanker papua no.2 yaitu BB=9, BK=2 tipe iklim B2

    3. untuk no.3 BB=6, BK=0 tipe iklim C1 karena bulan yang berurutan jan-april dan juni-juli juga berurutan bang..

    4. untuk no.4 BB=0, BK=2 tipe iklim E2

    itu menurut yang saya pelajari dari kuliah saya bang…

    saya masih kerepotan, karena saya juga masih belum baca buku oldeman..

    makasih atas replynya en perhatiannya…

    maaph bila ada kata-kata yang salah.. saya hanya manusia biasa..

    he he he… save our earth.. 🙂

  26. La An Says:

    @phi_climb
    secara khusus ga disebutkan oleh oldeman bulan basah berturut2 itu brp. tp memang scr eksplisif dijelaskan dalam kelas iklim E bahwa bulan basah itu berturut2 adalah lebih besar atau sama dengan dua bulan. tp kadang dia tidak terlalu memandang itu juga. bisa saja 2 bulan yg bernilai 190 mm itu dianggap bulan basah oleh oldeman. nanti kelasnyapun ada 2 dengan ditulis dalam kurung. kejadian spt ini sering terlihat pada daerah yg berpola hujan equatorial. spt kalimantan dan sumatera serta sebagian papua. saya juga baru tahu hal ini. thanks atas masukannya…

  27. pandji Says:

    mas, mo nanya klo klaten masuk ke jenis iklim yang mana ya? trus aku sering bingung tentang curah hujan kok ada yang cuma sampai 200 udah disebut daerah bercurah ujan tinggi tapi ada yang curah hujan 1000 dibilangnya curah ujan rendah? apa curah ujan itu beda beda satuannya? ato gimana? minta penjelasan via imel saya aja ya.. makasih banyak….

  28. YUNI Says:

    MAU NANYA NIH RUMUS Q SF APA YA? THANK U

  29. La An Says:

    @pandji
    klo klaten saya tidak tau. utk yg curah hujannya 200 dibilang tinggi, mungkin satuannya mm/bulan, sedangkan yang 1000 dibilang rendah karena satuannya mm/tahun

    @YUNI
    Q = Xd/Xw
    Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan (Fd atau Fw) dengan banyaknya tahun pengamatan (n)
    a. Rata-rata Bulan Kering (Xd) = Fd/n
    b. Rata-rata Bulan Basah (Xw) = Fw/n
    Fd = jumlah atau frekwensi bulan kering selama tahun pengamatan
    Fw = jumlah atau frekwensi bulan basah selama tahun pengamatan

    a. Bulan Kering : jika dalam satu bulan mempunyai curah hujan lebih kecil dari 60 mm
    b. Bulan Basah : jika dalam satu bulan mempunyai curah hujan lebih besar dari 100 mm

  30. dika1 Says:

    mas mau tanya kriteria curah hujan itu apa saja?
    tinggi/rendah/sedang berdasarkan jumlah curah hujan
    Trims

  31. La An Says:

    Klasifikasi jumlah curah hujan menurut Wischmeier dan Smith (1978)
    Jumlah Curah Hujan (mm/th) Kriteria
    Kurang dari 50 Rendah
    50 – 500 Sedang
    500 – 1000 Tinggi
    lebih dari 1000 Sangat tinggi

    tp kriteria ini menurut saya ga cocok untuk indonesia
    tp ini yg sering di gunakan di Indonesia

  32. tung Says:

    ggggggggggooooooooooooooooddddddddddddddd…______.^_^

  33. Zhila Tahta Arzyka Says:

    Ass Wr Wb. watashi wa zhila tahta arzyka desu. dr pekanbaru, riau. cma mw komentar aja klu iklim schmidt ferguson na pakai contoh donkkkkk……….

  34. rama Says:

    mengapa di indonesia di kenal dengan iklim tropis????apakah bisa di Idonesia ditetapkan iklim yang sama dengan daerah lain???????

  35. La An Says:

    @tung
    thanks…

    @Zhila Tahta Arzyka
    waalaikumussalam Wr. Wb. coba cek publikasi saya disini untuk contoh perhitungannya

    @rama
    krn indonesia beada di daerah tropis. daerah tropis itu punya pola iklim yang berbeda dengan tempat lain di sub tropis atau kutub. misalnya musimnya berbeda, pola hujan berbeda, suhu dll. oleh krn punya pola iklim yg berbeda tersebut, makanya disebut khusus dengan tipe iklim tropis. tipe iklim ini akan sama dengan daerah2 lain yg dilewati oleh garis katulistiwa

  36. debby Says:

    maksih yach buat infonya … tugas geografi aku jd Mudah .. heeee !!

  37. yaya Luph ridho Says:

    Bagaimana kLasifikasi ikLim yg di sah kan oleh BMG………..????????????????????

  38. Dette d'shitta Says:

    Tipe iklim yang lain ada nggak? Aku disuruh nyari 9 jenis ama guruku…..tapi nggak ketemu…thx b4….

  39. La An Says:

    @debby
    sama2…

    @yaya Luph ridho
    BMKG mengklasifikasi iklim berdasarkan polanya. coba dilihat di webnya BMKG untuk melihat peta iklimnya BMKG

    @Dette d’shitta
    wah sekarang belum ada nieh… 😀

  40. alone Says:

    ooo………….kaya gtw kaa,,,,,,,,,,,,, bisa ga loh bwat tulisanya aga klengkap……………..

  41. MAYKE Says:

    mau tanya tugas dong..
    jadi gini ada anggapan bahwa daerah tropis daerah yang potensial untuk pertanian, tetapi produksi daerah sedang akibat kegagalan teknologi padahal bukan, kemungkinan oleh suhu yang hangat pada malam hari? atau radiasi matahari lebih rendah daripada daerah sedang??

  42. La An Says:

    @MAYKE
    yup… daerah tropis adalah daerah yang potensial untuk pertanian. kenapa produksinya tidak begitu baik? bukan saja karena kegagalan teknologi tp juga pengelolaan pertanian yang tidak atau belum profesional. keberhasilan produksi pertanian bisa dilihat dari kualitas dan kuantitas. secara kuantitas daerah tropis sangat baik, krn menerima cahaya matahari sepanjang tahun dan hujan sepanjang tahun. tp memang secara kualitas tidak begitu baik krn daerah lintang sedang menerima radiasi matahari yang cukup panjang saat musim panas, tp mereka juga menerima radiasi cahaya matahari yang sangat sedikit saat musim dingin yang mengakibatkan produksinya mereka terbatas hanya pada musim panas. ada kelebihan dan ada kekurangan… skrg bagaiman caranya kita memaksimalkan kelebihan kita itu…

  43. tom Says:

    mas, saya mau nanya nih.. saya kebetulan memiliki data dari weather station selama 3 tahun dengan interval pengambilan data per 15 menit. Jika saya ingin membuat petanya apakah data selama 3 tahun tu kita masukkan semua atau hanya rata-rata nya saja? jika hanya rata-ratanya apakah sebaiknya rataan per tahun atau per bulan?

    Terima kasih banyak.

  44. La An Says:

    @tom
    tergantung batasan masalah dan tujuan penelitian. klo tujuan untuk mencari kondisi harian, maka rata2 harian yang pakai. klo mau mencari kondis bulanan, maka rata2 bulanan. klo mau mencari total hujan, maka sebaiknya petanya adalah rata2 bulanan dan di jumlhakan untuk mencari rata2 curah hujan tahunan

  45. ernha Says:

    kalo d Jogja,trutama di daerah Sleman itu trmasuk k kelas klasifikasi yg mn mnurut Koppen oldman, Mohr dan Schmidt-Ferguson?????

  46. sarah Says:

    aq rasa ini tidak terlalu sulit kok mempelajarinya

  47. eka Says:

    mas aan,, mau nanya,, pnya data iklim stasiun d Bali ngk? mksie byak yah mas….

  48. chaidir Says:

    aslm. saya mahasiswa teknologi pertanian dan sangat tertarik dengan isi blog ini . kalau boleh nanya. langkah – langkah kerja interpolasi kriging menggunakan arcgis bang.
    sekian wassalm

  49. Hendri Says:

    Ass. Wrwb
    Bagus banget mas tulisan2nya, bisa nambah referensi aku. Oh iya, apakah mas punya peta dalam bentuk shp untuk tutupan lahan dan landsystem pulau kalimantan? mohon masukan dan sarannya mas…. terima kasih

  50. ismarhenshin Says:

    Terima kasih mas, moga2 bs mbantu saya ngerjain Ulangan Geografi hari senin nanti

  51. ogle Says:

    mau tanya tentang ramalan iklim 2012 kira2 mendekati mirip dengan tahun berapa, dan bagaimana perhitungannya…
    mohon bantuannya

  52. icha Says:

    saya mau tanya pertanyaan nya
    banten, mempunyai data curah hujan selama 20 tahun yang terdiri dari bulan kering 62 bulan dan bulan basah sebanyak 148. dari data di atas tentukan iklim banten?????

  53. icha Says:

    apa keunggulan sistem klasifikasi iklim schmidt ferguson bila dibandingkan klasifikasi lainnya??????????

  54. La An Says:

    @icha
    iklim klasifikasi siapa nieh? kli schmidt-ferguson (SF) makan tipe iklimnya adalah C (agak basah) karena nilai Qnya 0.42. apa keunggulann tipe iklim SF? tipe iklim ini biasanya digunakan oleh orang kehutanan, karena pendekatannya waktu membuat kelas iklim ini menggunakan pendekatan hidup tanaman tahunan. semoga dapat membantu…

  55. icha Says:

    sblumnya trima kasih prof…
    o ya, bisa dapet tipe iklim agak basah itu nilai q nya 0,42 itu dari mana?
    ehm,,, prof tolong kalo bisa aku minta jalan penyelesaiannya juga…jd aku tau dari mana dapetnya jawaban itu

  56. icha Says:

    prof nich mau tanya lagi
    sistem schmidt ferguson
    1. palembang, mempunyai data curah hujan selama 20 tahun yang terdiri dari bulan basah 220 bulan dan bulan lembab 16 bulan. tentukan iklim palembang?
    2. NTT diketahui rata-rata bulan kering nya selama 19 tahun adalah 6,6 dan rata rata bulan basahnya selama 19 tahun sebesar 3,5. dari data diatas tentukan nilai rasio iklim( Q) serta tipe iklim wilayah NTT?

  57. natha Says:

    kurang lengkap bias d lengkapin lg ga
    low bisa terimakasih banget ea

  58. natha Says:

    mau tanya neh
    cara menghitung rasio iklim gmana ea?????????????????

  59. lia Says:

    prof,, koq blum diblas pertanyaan dr saya

  60. La An Says:

    @icha
    rumusnya lihat di komentar di atas
    62/20 = 3.1
    128/20 = 7.4
    jadi 3.1/7.4 = 0.42
    lihat tabel di atas utk nilai 0.42 ada di rentang tipe ilim C (agak basah)

    @natha
    rasio iklim mungkin spt jwaban diatas

  61. eri Says:

    ijin kopas gan.. untuk referensi tugas kuliah. makasih.. 🙂

  62. siti zulaikha Says:

    kalau membuat grafik iklim ferguson g’mna? kalau diket data”nya banyak, misal daerah karangsari, dungjajang dll. apaka hrs membuat grafik satu” atau hanya satu?

  63. Farid Ridho Says:

    mas aan, assalamualaikum wr. wb.
    sekedar mau tanya ini, lebih cocok mana kita mengklasifikasikan tipe iklim untuk tanaman kelapa sawit, apakah Oldeman atau Schmidt-Ferguson

  64. lee Says:

    om mau nanya nih soal iklim, maaf klo sekiranya keluar dri topik.
    1. ada pengaruh dari ketinggian suatu tempat dengan iklim di tempat tersebut?
    2. klo memang berpengaruh iklim seperti apa yang akan terbentuk?
    maaf om klo gk nyambung hehehehhe, saya jurusan peternakan lgi ada tugas ttg topografi wilayah yg didalamnya ada masalah ketinggian tempat sama iklim.. terimakasih.

  65. encep hardiansyah Says:

    peta.a kya gmana ?….

  66. wahyu murdi Says:

    mau nanya nih sama siapa aja yang bisa menentukan tipe iklim di kabupaten sleman (yogyakarta) berdasarkan schmidt & ferguson selama 10tahun (2006-2015) . terimakasih


Tinggalkan komentar

  • counter
  • Add to My Yahoo!
  • Powered by WordPress - WordPress Blogs Directory
  • Top Academics blogs
  • Bookmark and Share
  • Monitored by Pingdom
  • Review www.mbojo.wordpress.com on alexa.com
  • free counters
  • Read this FREE online!