Bentuk bumi yg selama ini kita liat adalah sebuah model bumi yg dibikin oleh manusia, kadang ada berbentuk bulat kadang berbentuk elips. Tp sebenarnya bukan seperti itu bentuk bumi, bentuknya adalah tidak beraturan. Dan biar lebih mudah ngegambarnya, akhirnya lebih umum menjadi bulat. Dan bentuk bulat ini di bikin datar oleh peta. Namanya juga peta, kan gambaran permukaan bumi dalam bidang datar 🙂
Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi.
Ini nieh ukuran bumi dalam angka
Ellipticity: 0.003 352 9
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1
radius equatornya lebih panjang dari pada radius kutub
Pernah mengupas jeruk? Pasti susah bangat meletakkan kulit jeruk menjadi bidang datar, tetapi kulit jeruk tersambung semua. begitu juga yg di alami oleh kartografer ketika memetakan permukaan bumi, mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara tertentu, menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan agar menjadi peta datar yang nyambung. peta tidak terkecuali globe mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya. Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu diperlukan proyeksi peta. Dalam penyusunan peta diperlukan suatu proyeksi peta yg memberikan hubungan antara titik-titik di bumi dengan di peta, proyeksi yg dipilih dipersyaratkan memiliki distorsi yg kecil.
Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan bentuk yang diubah itu harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.
Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta
untuk memenuhi semua ketiga persyaratan perubahan dari bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak mungkin bangat, maka ada kompromi2 dalam menggunakan syarat tersebut, sehingga munculah berbagai macam jenis proyeksi. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry)
Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Jenis proyeksi yang sering di gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal Transverse Mercator)
WGS-84 (World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84 adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang sama – WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi.
Proyeksi UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat2 ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan luas Indonesia. Spesifikasi UTM antara lain adalah (1) menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada dua meridian standart yang mempunyai faktor skala k=1, (2) Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri, (3) setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran = 0.9996, (4) Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS dan (5) proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM menggunakan silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang, sehingga posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder, tidak akan mengalami perubahan (distorsi).
Peta UTM Dunia
Sumber:
www.navigasi.net, http://www.e-dukasi.net, milist IAGI, http://ft.uns.ac.id, http://rovicky.wordpress.com/
Pranala di Blog ini:
PETA ArcView GIS Modul ArcView GPS (Global Positioning System) Aplikasi GIS untuk Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson Implementasi SIG dalam Menunjang Pertanian Berkelanjutan Sistem Informasi Geografi (SIG)/Geographic Information System (GIS) Pemasukan Data Dalam Sistem Informasi Geografi (SIG)Digitasi Peta Secara Otomatis Lewat ArcGIS Sistem Informasi Geografi Perikanan; Sebuah Wacana GIS untuk Penginderaan Jauh dan Indeks Vegetasi Cara memotong data bentuk raster di ArcView Peta Jenis Tanah Bali Data Indonesia Dalam Bentuk *.shp (Gratisssss….!!!) GIS untuk Penginderaan Jauh dan Indeks Vegetasi Sistem Informasi Geografi Perikanan; Sebuah Wacana Interpretasi Citra Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh Joint Tabel di ArcView Vegetation Index Registrasi Peta di ArcView Menggunakan Extension Register and Transform tool Prediksi Erosi dengan USLE dan Sistem Informasi Geografi PERENCANAAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH Evaluasi Kesesuaian Curah Hujan, Temperatur dan Ketinggian untuk Tanaman Pisang dengan GIS Cara memotong file image di ArcView PERUBAHAN LUASAN TANAMAN MANGROVE DI TAHURA NGURAH RAI – BALI PERTUKARAN CO2 ANTARA ATMOSFER DAN LAUT: Pendahuluan Aplikasi SIG dalam Proses Perencanaan Buka Data SRTM Lewat ArcView EVALUASI ZONA AGROKLIMAT KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON DI PULAU LOMBOK PERTUKARAN CO2 ANTARA ATMOSFER DAN LAUT: Eksplorasi Data Penginderaan Jauh – Kecepatan transfer gas CO2
12 Juni 2007 pukul 11:39 pm
Peta, ‘benda keramat’ yang kadang saya perlukan untuk melihat perubahan garis pantai. Sayangnya, data base peta yang valid di negara kita tidak lengkap. Ada saran?
15 Juni 2007 pukul 11:20 am
mungkin penggunaan citra resolusi tinggi bisa jadi alternatif. selain selalu terbaharui juga pasti valid. tapi mahal
alternatif lain mungkin penggunaan citra2 resolusi sedang seperti Aster. trus terakhir dengar ada teknologi penggabungan citra dengan resolusi berbeda dan berbeda jenis citranya. ini memberikan penamampilan yg lebih baik. tapi saya blum pernah mencobanya
klo cuman peta saya rasa ga akan bisa utk melihat perubahan jenis pantai
24 September 2007 pukul 3:23 pm
Saya menggunakan data tabel untuk menentukan POI yang akan menentukan tempat dan berhasil posisi di peta, namun ketika saya coba untuk membuat rute jalan dari data tracking berbentuk tabel dg struk |lat| long| tempat| ternyata setelah diset tidak ditampilkan POI yang diinginkan malah blank. Bingung nih? Apa karena setiap koordinat harus memiliki nama tempat yang unik atau hanya ID saja? Soalnya tracking kan pasti posisi tsb bergeser sedikit2 pasti nama tempat sama dong.
25 September 2007 pukul 12:58 pm
Ceceps saya jawab pertanyaan anda di Modul ArcView ya, disana kyaknya lebih cocok.
26 September 2007 pukul 6:40 pm
Saya berencana melakukan penelitian di daerah Tulehu, Ambon. Biasanya dalam beberapa penelitian terdahulu saya menggunakan peta terbitan Bakosurtanal, namun untuk daerah tersebut menurut sumber belum terpetakan.
Sebagai alternatif saat ini saya memiliki peta yang dicetak pada tahun 1971, dengan keterangan “Timur dari Djakarta”,, yang saya mau tanyakan, peta ini menggunakan proyeksi apa?
– terima kasih –
1 Oktober 2007 pukul 9:03 pm
[…] Proyeksi Peta […]
10 Oktober 2007 pukul 4:15 pm
apa bisa koordinat2 di mapinfo langsung di export ke gps?! atau harus ke mapsource dulu?! ada ide?!
26 Oktober 2007 pukul 4:49 pm
Gemana dengan teknis pengadaan peta di negara kita, kayaknya masing-masing instansi punya proyek sendiri-sendiri, padahal memetakan wilayah yang sama. Apa tdk sebaiknya ditunjuk satu instansi saja yang mengelola peta dasar kemudian dapat digunakan oleh instansi lain untuk membuat peta turunan sesuai kebutuhannya. Katakanlah proyek foto udara, pemda bisa buat, kehutanan juga, bako, BPN, apa sudah ada sinkronisasi dan koordinasi agar bisa menghemat keuangan negara
3 Maret 2008 pukul 12:41 pm
minta tolonk donk om mbojo
kalau ada punya formula TM3_BPN dalam bentuk notepad yang bisa di injectkan ke file .prj mapinfo.80 sehinggan di software mapinfo ada proyeksi TM3 BPN demi kepentingan nusa dan bangsa,,, wehehehhe
4 Maret 2008 pukul 9:31 pm
Terima kasih atas infonya di atas, aq sangat terbantu dalam mengerjakan tugas pengolahan data citra di kampus.
5 Maret 2008 pukul 1:05 pm
@Yudha
coba masuk di RSGISForum
baru2 ini ada yg sharing tentang proyeks TM3 tersebut
malah ada yg saling berbagi disana
@Fajar
Sama2 Fajar…
14 Maret 2008 pukul 3:21 pm
dengan adaya proyeksi peta maka akn terlihat bahwa dunia ini ternyata setiap saat berubah ini di buktikan dengan bentuk peta yang seekarang dan yang dulu jauh berbeda, sejak pertama kali di buatnya peta……………..
22 April 2008 pukul 1:40 pm
mas mbojo,, kulo nyuwun file tm3npn formula prjnya dunk, suwun mas…
22 April 2008 pukul 1:50 pm
anu e..mas la an.. aku juga dikasih ama rsgis tapi isinya prj mapinfo itu tak ada tm3 bpn nya piye jal
15 Mei 2008 pukul 5:01 pm
BAGAIMANA CARA TRANSFORMASI PROYEKSI BILA KITA GAK TAU PROYEKSI ASALNYA. GINI…. SAYA DAPAT PETA DARI BAPPEDA KOTA JAYAPURA TAPI SAYA GAK TAU PROYEKSINYA, JADI SAYA BINGUNG MAU TRANSFORMASI KE UTM 54S. TOLONG YEEEEEE…….
17 November 2008 pukul 11:12 pm
Suhu-suhunya pemetaan, da gak yang punya CD Example data dari Erdas imagine 9.1 dan LPS 9.1, kalo ada tolong hubungi ke email : adien_tanzil@yahoo.com, informasinya Q butuhin banget,,,, makasi banget……
28 November 2008 pukul 11:22 am
gimana cara merubah proyeksi utm ke geografis?
30 November 2008 pukul 1:24 pm
nimbrung lg ni mas la an
to mas jono:
saya harapkan data mas jono dalam format raster.
1. mas jono bisa menggunakan mapinfo untuk me-register data raster tersebut, pada tahap registrasi peta tetap gunakan projection dasar dari peta tersebut hingga tahapan registrasi selesai. setelah data raster tersebut ter-register secara sempurna maka lanjutkan dengan tahap untuk merubah projection-nya yaitu : pada mapinfo buka menu table>>raster>>modify image registration. Setelah itu akan muncul window “image registration”, pada window tersebut klik pada command projection, selanjutnya akan muncul window “choose projection”, pada category pilih “longitute/latitude” dan pada category members pilih “longitute/latitude (WGS 84)”. setelah selesai close all table yang terbuka untuk menyesuaikan projection-nya. Selanjutnya buka kembali table tersebut.
Untuk file dalam extension .TAB, buka file tersebut lalu lanjutkan dengan membuka menu Map>>Option, selanjutnya akan muncul window “map option”, pilih command “projection”, langkah selanjutnya sama dengan cara merubah projection pada data raster untuk window “choose projection”.
2. jika format data tersebut .shp, bisa menggunakan tool di arcview untuk menentukan projection, atau dengan tool pada arcgis yaitu arccatalog, yaitu dengan cara : jalankan arccatalog lalu browse data ke lokasi dimana file shp tersebut disimpan, selanjutnya pada file shp tersebut klik kanan dan pilih propertis. Pada window “shapefile properties” pilih tab “XY coordinat system”, pilih command “select” dan lanjutkan dengan memilih sistem projeksinya “geograpich coordinat system>>world>>WGS 1984”, namun ini mengunakan arccatalog tidak saya sarankan karena merusak koordinat aslinya.
trims mas la an.
jaya terus.
9 Januari 2009 pukul 11:33 am
mas La an, mohon bantuannya bagaimana rumusnya mengkonversi koordinat geografis ke koordinat utm.
9 Januari 2009 pukul 3:38 pm
@jono & keremima
coba download file ini untuk konversi sistem koordinatnya. file ini berbentuk *.xls. file tersebut bisa didownload disini.
file ini bukan untuk mengkonversi file2 berbentuk spasial, tp mengkonversi angka2 koordinat. misalnya kita punya titik yg kita ketahui angka koordinatnya. maka file ini bisa digunakan. selamat menggunakan…
14 Januari 2009 pukul 12:39 pm
maaf, kalau boleh nanya, bagaimana cara pengkonversian kooordinat UTM ke Koordinat Geografis…?? thank kalau saudara punya dikirimkan ke email saya aja ya.. trimakasih sebelumnya
4 Februari 2009 pukul 12:45 pm
AKHIRNYA KETEMU..FORMULA .PRJ MAPINO UNTUK TM3 BPN
ADA YANG MAU..???
17 Februari 2009 pukul 11:40 am
Mas Yudha … boleh donk minta formula .PRJ MapInfo untuk TM3 BPN. Saya sangat kesulitan untuk konversi koordinat BPN ke long/lat di MapInfo…. Thanks
17 Februari 2009 pukul 11:42 am
Sorry mas, mohon dapat dikirimkan ke ahmad.zaki@ciliandraperkasa.co.id
Thanks sebelumnya
22 Februari 2009 pukul 9:07 pm
salam kenal semua..
Mas Zaki saya juga lagi mempelajari konversi TM3 ke Long/lat.
Kalau mas sudah dapat saja mau juga langkah2nya atow klau ada softwarenya.
Mohon bisa dikirimkan ke vendi_aja@yahoo.com
Makasih semuanya yaa
12 Maret 2009 pukul 9:13 pm
mas..gimana caranya konversi koordinat TM3 nya BPN ke koordinat UTM yaa???
23 Maret 2009 pukul 4:56 pm
@piqa
coba masuk kesini
Konversi Koordinat TM3-BPN
19 April 2009 pukul 10:57 am
mas knapa ngolah citra spot pke envi 4.2 untuk vegetasi jelek yach?
pas klasifikasi selalu tidak sesuai dengan yg di lapangan.
ruz ada nilai rgb citra yang mempunyai 2 klas.
knp n gmn solusinya mas?
20 April 2009 pukul 1:20 pm
@Rd Mycko Napoleon M.C
coba cek jarak antar spectral dalam 1 bandnya. klo terlalu lebar, biasanya pengaruhnya besar dalam mendekteksi objek (spt vegetasi). coba dulu dipenuhin traning areanya. klo masih susah, mungkin pake LSU (Linear Spectral Unmixing) bisa menanggulangi masalah itu. LSU lumayan susah buat dapatin data nilai spectral objeknya (endmember). saolusi yg lain interpretasi manual (on screen digitization). krn resolusi spatialnya lumayan tuh…
12 Oktober 2009 pukul 1:57 pm
salam kenal semua..
Mas Zaki saya juga lagi mempelajari konversi TM3 ke Long/lat.
Kalau mas sudah dapat saja mau juga langkah2nya atow klau ada softwarenya.
Mohon bisa dikirimkan ke astawa_smarta@yahoo.com
trims semua
3 November 2009 pukul 10:59 am
mas, klo ada yang punya formula buat konversi tm3 ke utm saya mohon bantuannya. makasih sebelumnya mas
12 Desember 2009 pukul 8:07 pm
mas langkah perhitungan transformasi koordinat dari koordinat astronomis ke koordinat geografis gimana mas????
tolong bantu mas
makasih atas bantuannya.
22 Januari 2010 pukul 1:19 am
mas mohon bantuannya.
saya digitasi peta di gm 9. kemudian saya ekspoert ke shp tapi ada ikut file prj juga. pas saya buka di arcview 3.3 ternyata file shp nya gak bisa. kenapa ya mas?
21 April 2010 pukul 4:58 pm
mas mhn bantuannya
saya punya data tm3 mo dirubah ke geografis or utm
gimana caranya ya?
tks
sumarta
1 Mei 2010 pukul 2:00 am
mas sumarta,
ini ada tools ny dr bakorsutanal, download d http://www.gistutorial.net/software/tools/tool-transformasi-koordinat-bakosurtanal.html/comment-page-1#comment-973.
tp sy sdh cb, namun tdk sesuai dgn harapan.
krn tdk ad menu convert utm3 -> utm, yg ada tm3 -> geografis. geografis k utm.
errorny, titik koordinat tm3 sy d zone 47,2. tp stelah proses konversi mnjadi 73, harusny 47 north
mungkin ad yg prnh mncoba, mohon pncerahannya
6 September 2010 pukul 5:38 pm
maaf mw tanya, kalo perhitungan konversi daru georafis ke utm dan seblikya,..
ada gak,..soalnya lagi butuh banget buat revisi Tugas akhir mas,..
klo ada contoh perhitunganya lebih baik lagi
30 Mei 2012 pukul 8:50 am
LaAn@ mohon untuk disharekan dong ilmunya karena selama ini saya belum bisa mengkonversikan tm3 lewat mapinfo.
yanto_jgyez@yahoo.co.id
5 Agustus 2012 pukul 9:13 am
tolong minta shp nya peta bali dunk mas mbojo kirim di email saya ya panjul_blaen@yahoo.com
5 Oktober 2012 pukul 12:36 pm
salam kenal mz mbojo….mas minta tolong dong, saya ada dapat peta BPN dlam bentuk JPG lengkap dengan grid koordinatnya tp dalam bentuk TM3….mohon bantuannya donk mz sy coba digitasi tap sulit sekali baik dr mapifo ato globalmapper….kebetulan sy selalu menggunakan mapinfo dan global mapper….mohon dibantu y mz??????
9 November 2014 pukul 8:41 pm
Rafli,
benar mas, saya juga sama dengan sumarta, udah pakai software itu, malah eror eror terus….tidak sesuai harapan.
mohon langkah langkahnya mas rafli, saya juga sudah bingung utak utik tetap tidak bisa. panduan pdf yang diberikan oleh
bakorsurtanal juga tidak aplikatif tapi membingungkan. saya juga perlu cara conversi dari tm3 ke utm/geografis (langkah langkahnya yang benar dan tepat). mohn dibantu ya mas rafli. kirim ke email saya ya adwinata@yahoo.co.id terimakasih