Kemarin baca artikel di inet yg menerangkan pemanfaatan GIS untuk berbagai bidang. Asyik juga, ada referensi.
Seperti yang ditulis disini, GIS adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference). Apapun data yang berhubungan dengan georeference dapat di analisis dengan GIS. Begitu juga dengan pembuatan peta Klimatologi dengan klasifikasi Schmidt-Ferguson.
Pemanfaatan SIG didasarkan pada analisis keputusan yang membutuhkan sistem refrensi geografi dunia nyata dalam bentuk format digital, dimana hal ini disebabkan oleh sistem geografi dunia nyata terlalu kompleks untuk dikembangkan sehingga harus disederhanakan. Penyederhanaan ini dalam bentuk pemetaan suatu wilayah dimana data spasial dan informasi atribut diintegrasikan dengan berbagai tipe data dalam suatu analisis dan bentuk.
Untuk membuat peta ini kita hanya menggunakan program ArcView GIS dalam analisisnya. Data2 yang diperlukanpun tidak terlalu banyak, hanya data pos penakar curah hujan yang berisi data atribut koordinat X dan Y serta nilai Q (lihat disini), dan peta digital wilayah sebagai batasan analisis. Semakin banyak jumlah pos penakar curah hujan, akan semakin baik hasil analisisnya. Pemasukkan data2 atribut lain dari dua peta digital di atas sangat tergantung dari kebutuhan penggunaan dan pemanfaatannya. Tp untuk kepentingan analisis pembutan peta Klimatologi, hanya data2 itu yg diperlukan.
Untuk merubah data koordinat tabel menjadi point dalam bentuk *.shp dapat dilihat di sini (modul hal 11). Dan dalam melakukan analisis ini extension yg digunakanan adalah spasial analyst. Setelah kedua peta tersebut dan extension spasial analystnya aktif, maka langkah selanjutnya adalah melakukan interpolasi titik penakar curah hujan melalui menu surface => interpolate grid (ikuti hal. 20 pada modul).
Setelah itu akan muncul hasil dengan klasifikasi nilai Q beraturan. Rubahlah klasifikasi pada kotak dialog legend editor (lihat modul hal. 13) sesuai dengan urutan klasifikasi nilai Q disini. Misalnya bila nilai Q berkisar 0.143 – 0.333 berarti masuk pada tipe iklim B (basah).
Selamat mencoba. Bila tidak memiliki data digital, gunakan aja data2 hasil buatan sendiri
Pranala di Blog Ini PETA ArcView GIS Modul ArcView GPS (Global Positioning System) Proyeksi Peta Implementasi SIG dalam Menunjang Pertanian Berkelanjutan Sistem Informasi Geografi (SIG)/Geographic Information System (GIS) Digitasi Peta Secara Otomatis Lewat ArcGIS Sistem Informasi Geografi Perikanan; Sebuah Wacana GIS untuk Penginderaan Jauh dan Indeks Vegetasi Cara memotong data bentuk raster di ArcView Peta Jenis Tanah Bali Data Indonesia Dalam Bentuk *.shp (Gratisssss….!!!) GIS untuk Penginderaan Jauh dan Indeks Vegetasi Sistem Informasi Geografi Perikanan; Sebuah Wacana Penginderaan Jauh Joint Tabel di ArcView Vegetation Index Registrasi Peta di ArcView Menggunakan Extension Register and Transform tool Prediksi Erosi dengan USLE dan Sistem Informasi Geografi PERENCANAAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH Evaluasi Kesesuaian Curah Hujan, Temperatur dan Ketinggian untuk Tanaman Pisang dengan GIS Cara memotong file image di ArcView PERUBAHAN LUASAN TANAMAN MANGROVE DI TAHURA NGURAH RAI – BALI PERTUKARAN CO2 ANTARA ATMOSFER DAN LAUT: Pendahuluan Aplikasi SIG dalam Proses Perencanaan Buka Data SRTM Lewat ArcView EVALUASI ZONA AGROKLIMAT KLASIFIKASI SCHIMIDT-FERGUSON DI PULAU LOMBOK PERTUKARAN CO2 ANTARA ATMOSFER DAN LAUT: Eksplorasi Data Penginderaan Jauh – Kecepatan transfer gas CO2
22 Juni 2007 pukul 1:47 pm
sangat menarik untuk membuat aplikasi klasifikasi iklim dengan menggunakan GIS karena akan sangat mudah untuk menampilkan data dalam bentuk spasial. tetapi yang perlu diperhatikan disini adalah dalam membuat interpolasi dari data titik untuk menghasilkan data spasial. kalau dilihat dari prosesnya maka interpolasi yang dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa wilayah tersebut memiliki keseragaman(kesamaan). mungkin perlu dipertimbangkan tentang topografi yang sangat mempengaruhi sifat hujan suatu wilyah. sehingga ada kemungkinan interpolasi yang dilakukan kurang tepat
23 Juni 2007 pukul 4:27 pm
yup benar skali pendapat Bli Putu. memang analisis ini tidak memasukkan faktor lain selain nilai Q yang berasal dari hitung2annya. akan tetapi seandainya semakin banyak jumlah pos penakar curah hujan yang dipunyai oleh suatu wilayah dengan posisi pos penakarnya mewakili beberapa keadaan (datar, miring, menghadap arah datangnya angin ato sebagai daerah bayangan hujan, maka menurut saya kondisi topografi bisa di abaikan karena sudah di wakilkan oleh data2 curah hujan per keadaan tersebut.
seperti kutipan dari Barus dan Wiradisastra (2000), salah satu kelemahan dari pemanfaatan komputer (GIS) adalah hasil akan diperoleh dalam waktu yang singkat dan cepat tetapi hasil tersebut akan sangat tergantung dari data dan anlisis yang dipakai
15 Mei 2008 pukul 4:47 pm
CARA DIATAS SEDERHANA SEKALI. GIMANA KALO DATA TIPE IKLIM DIMINTA BERSAMAAN DENGAN CH TAHUNAN…. YANG TERJADI ADALAH POLYGONNYA ANEH. GIMANA BUAT PETA ISOYET MAS…?
23 Januari 2009 pukul 8:48 am
[…] di Blog ini: PETA ArcView GIS Modul ArcView GPS (Global Positioning System) Proyeksi Peta Aplikasi GIS untuk Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson Implementasi SIG dalam Menunjang Pertanian Berkelanjutan Pemasukan Data Dalam Sistem Informasi […]
17 Maret 2010 pukul 10:09 pm
Q pengen bgt bisa GIS..
keren ya…
oia, klw foto udara tu kyk gmn ya?
17 April 2010 pukul 12:52 pm
@RONI L5
kita tidak menyamakan tipe iklim dengan curah hujan tahunan karena metode perhitungannya berbeda. untuk mengetahui cara bikin peta isohiet bisa dilihat pada tulisan saya disini. walaupun ditulisan tersebut merupakan cara bikin kontur, tp cara pengaplikasiannya sama anatara bikin kontur dengan bikin isohiet.
14 November 2018 pukul 11:03 pm
sangat membantu terima kasih
ini website saya : https://dedisukma.mahasiswa.atmaluhur.ac.id/
dan ini website kampus saya :www.atmaluhur.ac.id